Masyarakat Tolak Aksi Teror KST Papua Serang Fasilitas Umum
Oleh: I. Perwita )*
Sebagai tanah yang kaya akan keindahan alam dan keanekaragaman budaya, Papua juga merupakan tempat di mana konflik terus berkecamuk. Salah satu konflik yang terus mengemuka adalah aksi teror yang dilakukan oleh Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua. Aksi teror ini tidak hanya menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat, tetapi juga merusak fasilitas umum yang menjadi tulang punggung pembangunan.
Konflik di Papua telah berlangsung sejak lama, dengan akar masalah yang kompleks. KST ini sering melakukan aksi teror yang menimbulkan kerusakan, korban jiwa, dan ketakutan di kalangan masyarakat. Mereka sering menyerang fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, dan infrastruktur penting lainnya. Tindakan ini tidak hanya merugikan pemerintah, tetapi juga menghambat pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Papua.
Meskipun demikian, masyarakat Papua menunjukkan sikap yang tegas dalam menolak aksi teror tersebut. Mereka menunjukkan keberanian dan kegigihan dalam menghadapi ancaman, serta terus mendukung Pemerintah untuk memperjuangkan perdamaian dan keamanan di tanah Papua.
Baru-baru ini, TNI berhasil menggagalkan aksi tiga anggota KST hendak menyerang lokasi proyek pembangunan puskesmas di Maybrat, Papua Barat Daya. Ketiganya merupakan anak buah KST Manfred Fatem. Dansatgas Yonif 133/YS, Letkol Inf Andhika Ganessakti mengatakan pihaknya saat ini masih terus melakukan pengejaran terhadap tiga anggota KKB tersebut. Pihaknya juga meningkatkan pengawasan dan patroli di sekitar lokasi.
Mereka hendak melakukan penyerangan di lokasi proyek pembangunan puskesmas. Namun rencana mereka berhasil digagalkan anggota TNI usai sempat terjadi kontak tembak. Ganessakti mengungkap bahwa Pasukan Yudha Sakti berhasil menggagalkan aksi penyerangan yang akan dilakukan oleh KST wilayah Kodap IV/Sorong Raya terhadap proyek pembangunan Puskesmas yang berada di Kampung Ayata, Distrik Aifat Timur Tengah, Kabupaten Maybrat, Papua Barat Daya. Serangan mereka digagalkan oleh Satgas Yonif 133/YS yang melaksanakan Patroli Perimeter sehingga membuat pihak KST lari ke dalam hutan.
Tim Patroli Perimeter Pos Ayata Satgas Yonif 133/YS langsung mendatangi lokasi di sekitar belakang proyek pembangunan Puskesmas. Ganessakti menjelaskan bahwa anggotanya melihat pergerakan tiga orang KST dengan membawa dua pucuk senjata laras panjang jenis rakitan dan dua bilah parang sedang bergerak akan memantau aktivitas pekerja di sekitar proyek pembangunan Puskesmas.
Ganessakti menjelaskan secara detail, dimana sempat terjadi kontak tembak antara petugas dengan KST wilayah Kodap IV/Sorong Raya sekitar pukul 12.00 WIT. Kelompok KST tersebut berhasil melarikan diri ke dalam hutan dengan membagi menjadi dua kelompok dikarenakan rencana aksi mereka telah kita ketahui. Saat kabur, salah seorang dari kelompok KST tersebut sempat terperosok ke dalam jurang sedalam kurang lebih 10 meter.
Masyarakat dan para pekerja proyek pembangunan Puskesmas diimbau agar lebih berhati-hati dan jangan ragu untuk melaporkan setiap hal mencurigakan. Ganessakti memastikan tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut baik dari pihak Satgas atau masyarakat dan pekerja proyek pembangunan Puskesmas di Kampung Ayata.
Sementara itu, Panglima TNI, Jenderal TNI Agus Subiyanto membentuk Komando Operasi (Koops) Habema. Satuan ini dibuat guna menyatukan pola operasi TNI dan Polri dalam menangani konflik di Papua. Agus menjelaskan, Habema merupakan singkatan dari 'harus berhasil maksimal'. Satuan ini diharapkan bisa lebih maksimal menghadapi ancaman dari KST Papua.
Meskipun teror dari KST Papua telah menimbulkan dampak yang cukup besar, masyarakat Papua telah menunjukkan sikap yang tegas dalam menolak aksi teror tersebut. Mereka menyadari pentingnya perdamaian dan keamanan bagi pembangunan daerah mereka. Saat ini, masyarakat Papua menunjukkan keberanian dan kegigihan dalam menghadapi ancaman teror. Mereka tidak gentar meskipun sering kali menjadi sasaran serangan teror oleh KST.
Masyarakat Papua juga telah memberikan dukungan penuh terhadap aparat keamanan dalam menangani aksi teror KST. Mereka percaya bahwa keberadaan aparat keamanan sangat penting untuk menjaga keamanan dan ketertiban di daerah mereka.
Selain itu, masyarakat Papua juga aktif dalam mendukung pendidikan dan pembangunan di daerah mereka. Mereka menyadari bahwa pendidikan dan pembangunan merupakan kunci untuk mengatasi konflik dan menciptakan perdamaian yang berkelanjutan. Masyarakat Papua juga menunjukkan sikap yang menolak kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan konflik. Mereka percaya bahwa dialog dan musyawarah adalah jalan terbaik untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan.
Meskipun masyarakat Papua telah menunjukkan sikap yang tegas dalam menolak aksi teror KST, mereka juga membutuhkan dukungan dan perhatian dari pemerintah dan masyarakat luas. Dukungan ini dapat berupa bantuan dalam memperkuat keamanan dan pembangunan di Papua, serta memperjuangkan hak-hak masyarakat Papua secara adil dan berkeadilan. Masyarakat Papua memiliki hak yang sama untuk hidup dalam perdamaian dan keamanan, serta untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Oleh karena itu, sikap tegas dan keberanian masyarakat Papua dalam menolak aksi teror KST harus dihargai dan didukung oleh semua pihak.
)* Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyyah Sorong