Bukan Diracun, Kematian Lukas Enembe Karena Kompilkasi Penyakit
Oleh : Theresia Wopari )*
Kuasa hukum Lukas Enembe, Petrus Bala Pattyona mengungkapkan terkait dengan penyebab kematian yang dialami oleh kliennya tersebut, ternyata karena mengalami komplikasi penyakit hingga gagal ginjal. Pernyataan yang dikemukakan oleh pihak pengacara mantan Gubernur Papua itu sekaligus juga menjawab beredarnya hoaks atau berita bohong mengenai penyebab kematiannya yang pernah tersebar karena diracun dan dibunuh.
Diketahui bahwa Lukas Enembe meninggal dunia pada hari Selasa, tanggal 26 Desember 2023 lalu di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta. Dirinya menghembuskan napas terakhir pada usia 56 tahun lantaran komplikasi penyakit yang dialaminya.
Selama hidupnya, memang politikus dari Partai Demokrat tersebut bisa dikatakan kurang menjalani pola hidup sehat. Maka dari itu, dia mengidap berbagai macam penyakit komplikasi yang kronis seperti diantaranya adalah diabetes, stroke, jantung, hipertensi sampai ginjal. Lantaran memang minimnya kesadaran serta antisipasi sejak muda, sehingga menjadikan kondisi dari Lukas Enembe pun akan semakin menurun.
Bahkan, setiap menjalani pemeriksaan pun, pria yang pernah menjabat sebagai Bupati Puncak Jaya pada periode tahun 2007 hingga 2012 itu terus mengalami berbagai macam gangguan kesehatan dengan gejala yang berbeda. Pada tahun 2022 lalu, Lukas Enembe juga sempat mengalami bengkak di bagian kakinya serta komplikasi penyakit lain.
Dokter pribadi Lukas Enembe, Anthon Mote menjelaskan bahwa kondisi dari pasien yang ditanganinya itu memang semakin parah ketika kakinya mengalami kebengkakan yang juga diikuti dengan gagal ginjal, hipertensi, jantung bocor dan hipertensi. Seluruh penyakit tersebut ternyata kambuh dalam waktu yang bersamaan sehingga menyebabkan dia tidak sadarkan diri dan membutuhkan penanganan secara serius.
Kemudian, kesehatan yang dialami oleh pria kelahiran tahun 1967 itu semakin menurun ketika kasus korupsi semakin memanas hingga akhirnya dirinya ditetapkan sebagai seorang tersangka, yakni pada tanggal 10 Januari 2023 lalu. Dirinya juga sempat tidak dipercaya karena memiliki riwayat kesehatan yang cukup rumit.
Padahal memang Lukas Enembe telah belasan kali melakukan cuci darah akibat penyakit gagal ginjal yang dialaminya. Pola hidup yang kurang seimbang serta adanya riwayat genetik penyakit ginjal itu memang membuat seseorang berpeluang untuk mengalami kerusakan pada ginjalnya.
Sementara itu, pengacara dari mantan Gubernur Papua tersebut juga menegaskan bahwa kliennya memang meninggal dunia di RSPAD lantaran mengalami gagal ginjal. Tatkala meninggal, seluruh keluarga pria itu berkumpul di dalam ruang perawatan dan menemaninya saat menghembuskan napas terakhir.
Berita mengenai penyebab kematian dari Lukas Enembe sendiri memang sempat diwarnai dengan adanya sejumlah konflik. Salah satunya adalah sempat beredar di media sosial Facebook terkait dengan narasi yang menyebutkan kalau pria yang sempat mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Sam Ratulangi tersebut akan dibunuh secara mendadak oleh pihak tertentu.
Ternyata, berdasarkan penelusuran dan fakta di lapangan, nyatanya memang peredaran narasi tersebut sama sekali tidak benar atau hoaks. Bukan hanya narasi penyebab kematian Lukas Enembe adalah dibunuh, namun juga terdapat berita bohong lain yang mengemukakan kalau dirinya diracun.
Terkait dengan adanya peredaran narasi hoaks tersebut, pihak Juru Bicara (Jubir) Penindakan dan Kelembagaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Ali Fikri menginformasikan bahwa kabar tersebut sama sekali tidak benar atau hoaks.
Di sisi lain, pada tanggal 1 Oktober 2022 silam, Lukas Enembe sendiri sempat memberikan keterangan kepada awak media bahwa dirinya mengalami stroke, yang mana kala itu menurut dokter Singapura yang menanganinya memang ditemukan bahwa jantung dari mantan Gubernur di Bumi Cenderawasih itu kotor.
Pasca meninggalnya Lukas Enembe, kemudian Penanggung Jawab (Pj) Wali Kota Jayapura, Frans Pekey mengimbau kepada seluruh masyarakat di Papua untuk tidak mudah termakan oleh adanya berita hoaks ataupun peredaran pemberitaan yang bohong dan menyesatkan. Hal tersebut ditegaskan oleh Frans karena dirinya banyak mendapati informasi yang menyebar terdapat banyak pergerakan massa di wilayah hukum Kota Jayapura.
Padahal di sisi lain, sebenarnya aktivitas di sejumlah wilayah Kota Jayapura sendiri terlihat sangat aman dan normal. Seluruh pemberitaan hoaks yang tersebar itu berpotensi untuk terus menimbulkan adanya gesekan antar masyarakat.
Maka dari itu, hendaknya seluruh masyarakat di Papua jangan sampai panik dan terus menerus melakukan pemantauan akan informasi yang benar sesuai dengan sumber yang jelas dan juga mampu menghindari penyebaran berita hoaks.
Sehingga sudah sangat jelas bahwa adanya narasi yang mengungkapkan kalau penyebab kematian dari Lukas Enembe adalah diracun ataupun dibunuh, hal tersebut merupakan pemberitaan bohong, menyesatkan atau bisa dikatakan sebagai hoaks. Bahkan, pihak kuasa hukum dari mantan Gubernur Papua itu sendiri telah mengungkapkan bahwa penyebab kematian dari kliennya adalah lantaran komplikasi penyakit termasuk gagal ginjal.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di bandung