Media Berperan Penting Cegah Radikalisme dan Terorisme
Oleh: Burhanudin Harahap )*
Di tengah-tengah gejolak ancaman radikalisme dan terorisme yang masih mengancam keamanan global, peran media menjadi semakin penting dalam upaya mencegah penyebaran ideologi ekstrem yang merusak. Media tidak hanya menjadi saluran informasi, tetapi juga merupakan platform yang dapat membentuk opini dan mempengaruhi sikap masyarakat terhadap isu-isu yang berkaitan dengan radikalisme dan terorisme.
Dalam konteks ini, media memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan tidak memberikan ruang bagi propaganda radikal. Salah satu cara yang efektif adalah dengan memberikan liputan yang berimbang dan menyajikan berbagai sudut pandang tentang isu radikalisme dan terorisme. Dengan demikian, masyarakat dapat memahami akar permasalahan serta dampak yang ditimbulkan oleh tindakan ekstremisme.
Direktur Pencegahan BNPT, Prof Irfan Idris, menjelaskan bahwa gerakan kelompok radikal telah mengalami metamorfosa dan transformasi yang terus berubah, termasuk tren peningkatan proses radikalisasi di kalangan perempuan, anak, dan remaja. Menurutnya, media massa harus aktif terlibat dalam menyukseskan program pencegahan radikal terorisme, sejalan dengan program prioritas BNPT 2024.
Irfan menekankan bahwa tanggung jawab pencegahan radikal terorisme merupakan tanggung jawab bersama dan membutuhkan Kerjasama dari seluruh pihak, termasuk media massa. Dalam konteks ini, media massa diharapkan dapat membantu membangun kesadaran publik, keterlibatan masyarakat, serta ketahanan nasional dan komunitas dalam menghadapi ancaman radikalisme dan terorisme.
Pihaknya juga menggarisbawahi pentingnya memberikan pemahaman yang benar mengenai isu terorisme kepada masyarakat melalui pemberitaan yang akurat dan bertanggung jawab. Hal ini dapat membantu dalam deteksi dini serta memperkuat daya tangkal masyarakat dari penyebaran ideologi radikal terorisme. Kerja sama antara BNPT dengan pers diharapkan dapat memperkuat upaya pencegahan tindak pidana terorisme dengan membangun sinergi antara pemerintah dan media massa.
Menyadari dampak yang mungkin timbul dari pemberitaan yang tidak tepat, media massa harus berkomitmen untuk tidak memberikan ruang bagi ideologi radikal terorisme dalam platform mereka. Sebaliknya, mereka harus memprioritaskan pemberitaan yang mengedukasi, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang akar masalah, serta menggugah kesadaran akan pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas sosial.
Sementara itu, Irjen Pol (Purn) Hamli sebagai seorang pengamat terorisme menyoroti faktor-faktor yang memicu penyebaran propaganda radikalisme. Menurutnya, faktor solidaritas komunal, dendam, ketidakmampuan literasi, dan perasaan diperlakukan tidak adil menjadi pintu masuk bagi ideologi transnasional yang berbahaya. Ideologi-ideologi seperti ikhwanul muslimin, Hizbut Tahrir (HT), salafi wahabi, salafi jihad, syiah, dan jamaah tabligh merupakan beberapa di antaranya. Hamli menekankan bahwa media massa harus berperan aktif dalam tidak melakukan glorifikasi terhadap paham radikal terorisme guna mencegah penyebaran ideologi yang merugikan ini.
Selain itu, partisipasi masyarakat juga penting dalam mencegah penyebaran paham radikal terorisme. Hamli, juga menekankan perlunya masyarakat untuk tidak menjauhi individu yang terkontaminasi paham radikal, namun sebaliknya, mereka perlu dirangkul dan diajak berdiskusi dengan baik. Partisipasi aktif dari media massa dan masyarakat dapat mencegah penyebaran paham radikal terorisme dari sumbernya. Dengan demikian, tidak hanya pencegahan dari sisi hulu yang dilakukan oleh BNPT dan aparat keamanan, tetapi juga pencegahan dari sisi hilir yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat dan media massa.
Peran media massa dalam mencegah radikalisme dan terorisme tidak hanya terletak pada penyampaian informasi yang akurat, tetapi juga dalam menghindari glorifikasi terhadap paham radikal terorisme. Glorifikasi semacam ini dapat menjadi pemicu bagi individu yang rentan terhadap pengaruh ideologi ekstrem untuk terlibat dalam gerakan terorisme. Oleh karena itu, penting bagi media massa untuk menempatkan pemberitaan mereka dengan hati-hati, menjauhkan diri dari narasi yang memuja atau membenarkan aksi-aksi terorisme, dan lebih fokus pada analisis yang mendalam mengenai akar permasalahan serta upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan.
Secara keseluruhan, peran media massa dalam pencegahan radikalisme dan terorisme tidak dapat dipandang remeh. Melalui pemberitaan yang akurat, inspiratif, dan bertanggung jawab, media massa dapat menjadi alat yang efektif dalam membangun kesadaran publik, memperkuat daya tangkal masyarakat, serta memperkuat fondasi demokrasi dan pluralisme di Indonesia. Dengan sinergi antara pemerintah, aparat keamanan, media massa, dan masyarakat, Indonesia dapat terus bergerak maju dalam menghadapi ancaman radikalisme dan terorisme, menuju masyarakat yang aman, damai, dan sejahtera.
Dengan menekankan pentingnya menghindari glorifikasi terhadap paham radikal dan teror, media massa dapat berperan sebagai garda terdepan dalam melawan ekstremisme dan menggalang dukungan masyarakat dalam upaya pencegahan. Kolaborasi antara media massa, pemerintah, lembaga keamanan, dan masyarakat menjadi kunci dalam membangun narasi yang kuat dan konsisten dalam menolak segala bentuk kekerasan dan ekstremisme, serta mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kedamaian.
Dengan demikian, penekanan pada pentingnya tidak melakukan glorifikasi terhadap paham radikal terorisme menjadi bagian integral dari narasi mengenai peran media massa dalam mencegah radikalisme dan terorisme di Indonesia. Hanya dengan mengambil sikap yang tegas dan bertanggung jawab dalam penyampaian informasi, media massa dapat menjadi kekuatan positif dalam membangun masyarakat inklusif, toleran, dan aman dari ancaman ekstremisme.
)* Penulis merupakan pengamat media