Masyarakat Papua Sepakat Jadikan KST Sebagai Musuh Bersama
Oleh: Alfredo Wanggai*
Situasi di Papua tidak bisa dianggap enteng, terutama karena ancaman yang terus menerus dari Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua. Sudah menjadi kewajiban moral dan tanggung jawab bersama bagi semua pihak untuk melawan kekerasan dan ketidakadilan yang diperankan oleh kelompok bersenjata ini. Tidak boleh ada toleransi terhadap tindakan brutal yang dilakukan oleh KST terhadap warga sipil yang tidak bersalah.
Kekejaman KST Papua tidak mengenal belas kasihan. Mereka sering kali menargetkan warga sipil yang tidak berdosa, termasuk wanita, anak-anak, dan lansia. Mereka melakukan serangan terhadap penduduk desa, meluluhlantakkan rumah-rumah mereka, dan bahkan membunuh mereka tanpa alasan yang jelas.
Tindakan kekerasan KST tidak hanya menimbulkan ketakutan di kalangan warga sipil, tetapi juga mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat Papua. Mereka merampas sumber daya alam, mengganggu aktivitas ekonomi, dan menghambat akses penduduk setempat ke layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan. Dengan tindakan ini, mereka tidak hanya merusak lingkungan sosial, tetapi juga merugikan masa depan generasi Papua.
Pada Jumat, 1 Maret 2024, terjadi insiden kontak tembak antara aparat gabungan TNI-Polri dengan KST di Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua Tengah. Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo, menjelaskan bahwa kejadian ini berlangsung di Kampung Mamba, Distrik Sugapa Kabupaten Intan Jaya.
Menurut Kombes Benny, lokasi kontak tembak berada sekitar 130 meter dari Kantor Bupati Intan Jaya. Kronologis kejadian mengungkapkan bahwa sekitar pukul 10.00 WIT, dua kali letusan senjata api laras panjang terdengar dari arah depan Kantor Bupati. Mendengar bunyi tembakan tersebut, personel gabungan Polres Intan Jaya dan Brimob Satgas Damai Cartenz segera merespons dan menyelidiki asal tembakan.
Tak berselang lama, sekitar pukul 12.20 WIT, terjadi kontak tembak antara KST wilayah Intan Jaya dengan aparat gabungan TNI-Polri. Dalam kejadian tersebut, dua orang terkena tembakan. Salah satunya adalah seorang personel TNI Raider 330 bernama Prada David yang terkena tembakan di bagian perut samping tembus body vest depan. Sedangkan satu lagi adalah seorang masyarakat bernama Nelon Sani (16) yang terkena tembakan pada lengan kiri tembus perut.
Kapolres Intan Jaya, AKBP Afrizal Asri, mengkonfirmasi bahwa kedua korban telah dievakuasi ke Kabupaten Timika menggunakan helikopter milik TNI. Evakuasi dilakukan sekitar pukul 14.32 WIT. Saat ini, aparat gabungan yang berada di Kabupaten Intan Jaya melakukan patroli secara intensif guna mengantisipasi terjadinya aksi lanjutan dari kelompok separatis teroris.
Insiden kontak tembak ini menunjukkan bahwa KST masih menjadi ancaman serius bagi kehidupan masyarakat Papua. Meskipun pihak keamanan telah melakukan langkah-langkah untuk menanggapi dan mengatasi situasi tersebut, tetapi tantangan keamanan di wilayah tersebut masih menjadi perhatian utama. Hal ini menekankan perlunya upaya-upaya lebih lanjut untuk meredakan ketegangan dan memastikan keamanan serta stabilitas di daerah tersebut.
Salah satu aspek yang paling menyedihkan dari tindakan KST adalah bahwa mereka mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Mereka tidak membedakan antara warga sipil dan aparat keamanan. Bahkan, mereka sering kali menargetkan anggota aparat yang bertugas untuk melindungi masyarakat, menempatkan nyawa mereka dalam bahaya.
Kekejaman KST Papua telah menciptakan krisis kemanusiaan di Bumi Cenderawasih. Warga sipil terpaksa hidup dalam ketakutan konstan akan serangan mendadak dan kekerasan yang tidak terduga. Mereka kehilangan keamanan dan kedamaian yang seharusnya mereka nikmati di rumah sendiri, sementara impian masa depan yang lebih baik bagi anak-anak mereka terancam oleh ancaman yang tidak stabil.
Sikap KST Papua yang tidak menghargai keselamatan dan kesejahteraan warga sipil menegaskan bahwa mereka bukan sekadar musuh bagi pemerintah atau aparat keamanan, tetapi juga musuh bagi masyarakat Papua secara keseluruhan. Mereka telah memisahkan diri dari nilai-nilai budaya dan moral yang dijunjung tinggi oleh penduduk asli Papua, dan dengan demikian, mereka patut dianggap sebagai musuh bersama yang harus diberantas.
Perlindungan terhadap warga sipil harus menjadi prioritas utama dalam setiap tindakan yang diambil oleh pemerintah dan aparat keamanan. Hal ini membutuhkan koordinasi yang lebih baik antara berbagai lembaga pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk memastikan keamanan dan kesejahteraan masyarakat Papua. Pendidikan dan pemberdayaan masyarakat juga perlu ditingkatkan agar mereka dapat menghadapi ancaman KST dengan lebih baik.
Selain itu, peran media massa dan organisasi non-pemerintah juga sangat penting dalam membangun kesadaran publik tentang kejahatan KST Papua dan memobilisasi dukungan untuk melawan mereka. Kampanye informasi yang efektif dapat membantu mengurangi dukungan dan rekrutmen bagi KST, serta mendorong solidaritas di antara warga Papua untuk mengambil tindakan bersama melawan kekerasan.
Dengan mengangkat kesadaran akan ancaman yang ditimbulkan oleh KST Papua terhadap warga sipil, diharapkan akan mendorong upaya-upaya yang lebih besar untuk memerangi kelompok bersenjata tersebut dan melindungi masyarakat yang menjadi korban tidak bersalah dari kekejaman mereka. Hanya dengan upaya bersama dan komitmen yang kuat, Papua dapat mencapai perdamaian, keadilan, dan kemakmuran yang berkelanjutan bagi semua penduduknya.
*Penulis adalah Mahasiswa UNY asal Papua Tengah